Kepala Desa Loa Ulung Fokus Tekan Angka Stunting, Perang Demi Masa Depan Anak

BERITAMUARA.COM – Kepala Desa Loa Ulung, Hermi Kuaria, menegaskan komitmennya untuk terus memerangi stunting di wilayahnya. Dalam wawancara yang dilakukan Kamis (26/6/2025), Hermi menyebutkan bahwa meskipun Desa Loa Ulung tidak memiliki banyak perusahaan dan hanya mengandalkan galangan, perhatian pemerintah desa terhadap kesehatan warganya tetap menjadi prioritas utama.

Dengan jumlah penduduk sekitar 2.130 jiwa yang tersebar di 10 RT dan 636 kepala keluarga, Desa Loa Ulung memiliki tantangan tersendiri, terutama dalam hal kesehatan anak dan gizi.

“Di sini lansianya sedikit. Banyak yang tidak tahan saat masa COVID-19,” ujarnya.

Hal ini membuat perhatian terhadap generasi muda menjadi semakin penting, terutama dalam memastikan mereka tumbuh sehat dan bebas dari stunting.

Hermi menegaskan bahwa posyandu di desa berjalan secara rutin setiap bulan, dengan kader-kader yang aktif.

“Kami bersyukur kader-kader posyandu rajin. Tahun 2024 ada dua kasus stunting. Di 2025 ini belum ada yang dinyatakan stunting, meskipun ada yang mengarah ke sana. Nah, ini yang kami perang,” jelasnya.

Dalam upayanya menekan angka stunting, pihak desa mengaktifkan lini kesehatan desa secara maksimal. Setiap kegiatan posyandu dipastikan berjalan dengan melibatkan ketua RT agar seluruh balita terpantau tumbuh kembangnya.

“Kami ajarkan kepada orang tua bahwa makanan sehat itu tidak harus mahal. Yang penting gizinya seimbang. Telur puyuh, sayur lokal, bisa jadi solusi,” kata Hermi.

Salah satu tantangan utama adalah kurangnya pengetahuan para orang tua mengenai pola makan dan kebersihan.

“Kadang makanan sudah bergizi, tapi cara mengolah dan menyajikannya tidak bersih. Akhirnya gizi tidak terserap maksimal,” jelasnya.

Pemerintah desa bersama PKK bahkan turun langsung menyuapi anak-anak saat program makanan tambahan dijalankan.

Namun, setelah program berakhir, beberapa anak kembali menunjukkan tanda-tanda stunting.

“Ini yang kami jaga. Artinya, mindset orang tuanya belum berubah. Mereka belum paham pentingnya pola hidup bersih dan sehat, serta pendidikan anak,” terang Hermi.

Hermi juga menyoroti pola pikir lama masyarakat yang masih menganggap bahwa banyak anak berarti banyak rezeki. Menurutnya, paradigma tersebut harus ditinggalkan.

“Sekarang banyak anak berarti banyak biaya. Sekolah, keterampilan, pengetahuan, itu yang mahal dan penting. Kalau hanya kasih makan, itu masih bisa. Tapi bekal masa depan? Itu yang berat,” tegasnya.

Kepala Desa Loa Ulung, hermia berkomitmen untuk terus mengedukasi warganya agar lebih peduli terhadap gizi anak, kesehatan lingkungan, dan pentingnya pendidikan.

“Kami ingin tidak ada lagi stunting. Kami ingin anak-anak Loa Ulung tumbuh sehat, cerdas, dan siap menghadapi masa depan,” pungkasnya. (Adv/Zy)